Sejarah Mekkah: Nabi Ibrahim dan Zam Zam

Kota Mekkah dan Air Zam Zam ceritakita.web.id

Apakah kamu tahu, jika Nabi Ibrahim a.s. dikenal sebagai bapak para Nabi? Iman dan taqwa Nabi Ibrahim yang sangat kuat menurun ke anak dan cucunya. Sehingga Alloh mengangkat di antara mereka menjadi utusan-Nya. Semasa hidupnya, Nabi Ibrahim sempat melakukan beberapa kali hijrah. Yang pertama, beliau hijrah dari negerinya ke Kanaan Palestina, kemudian hijrah lagi ke Mesir. 

Dalam perjalannya ini, Nabi Ibrahim ditemani oleh Nabi Luth dan Sarah. Sarah merupakan wanita yang taat, sabar dan penyayang. Nabi Ibrahim kemudian menikah dengannya. Keluarga Nabi Ibrahim dan Nabi Luth tinggal berdampingan. Hingga suatu hari, Alloh mengutus Nabi Luth untuk pindah dan berdakwah di antara kaum Sodom. Setelah itu, Nabi Ibrahim hidup berdua dengan istrinya, Sarah. 

Meskipun memiliki banyak mukjizat, Nabi Ibrahim juga mendapat ujian yang berat dari Alloh. Hingga masa tuannya, Nabi Ibrahim belum juga dikaruniai anak. Hal ini membuat Sarah terus menerus bersedih. Siapa nanti yang meneruskan perjuangan Nabi Ibrahim? Saat itulah, Sarah meminta Nabi Ibrahim untuk menikah dengan Hajar. Seorang wanita yang cantik, cerdas dan juga kuat. 

Nabi Ibrahim mengabulkan permintaan Sarah. Setelah Nabi Ibrahim dan Hajar menikah, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki. Dia lah Nabi Ismail. Nabi Ibrahim sungguh bahagia. Dia begitu menyayangi Ismail kecil hingga membuat Sarah cemburu. ketika perasaan itu tidak bisa lagi ditahan, Sarah meminta kepada Nabi Ibrahim untuk menjauhkan Hajar dan Nabi Ismail darinya. 

Alloh menurunkan wahyu agar Nabi Ibrahim mengabulkan permintaan Sarah. Nabi Ibrahim pun meminta agar Hajar berkemas karena mereka akan pergi jauh. Setelah semuanya siap, merekapun berangkat. Unta yang mereka tunggangi terus berjalan tanpa tujuan yang pasti, memasuko padang yang gersang. Hanya ada gunung batu dan lautan pasir. 

Setelah berjalan berminggu-minggu, unta yang mereka tunggangi akhirnya berhenti. Tempat itu dikenal dengan nama Mekkah. Sebuah daerah yang tandus dan tidak berpenghuni. Matahari bersinar dengan terik. Angin yang bertiup menerbangkan debu dan pasir ke mana-mana. Nabi Ibrahim membuatkan rumah untuk berlindung. Setelah itu dia pun pamit meninggalkan Hajar dan Ismail sendirian. 

Hajar merasa takut jika harus tinggal sendirian di tempat yang sepi itu. Dia pun bertanya kepada suaminya, "Apakah ini perintah Alloh?" Nabi Ibrahim mengangguk, lalu Hajar pun ikut mengangguk. Dia yakin,  jika ini perintah Alloh maka Alloh pasti akan melindungi mereka. Setelah Nabi Ibrahim pergi, tinggallah Hajar dan Ismail sendirian di tengah-tengah padang sepi tanpa penghuni. 

Beberapa hari kemudian. perbekalan mereka mulai habis. Ismail kecil mulai menangis karena haus. "Tenanglah anakku, Alloh akan selalu melindungi kita" kata Hajar sambil menepuk Ismail kecil agar dia tenang. "Tunggulah disini, Ibu akan mencarikan air untukmu" kata Hajar. Hajar pergi keluar dan memandang ke sekelilingnya. Tidak ada satupun pohon yang terlihat. Lalu kemanakah dia harus mencari air?

Hajar berjalan dengan cepat dan mulai mendaki sebuah bukit yang dikenal dengan nama Shafa. Setelah sampai puncak, Hajar berusaha melihat ke sekililingnya. Namun, dia tidak menemukan air disana. Ketika itu, Hajar melihat bukit lain di seberang. Dia pun turun dari bukit shafa  menuju ke bukit Marwa. Sayang sekali disana pun dia tidak menemukan mata air.

Hajar memutuskan kembali ke rumah untuk melihat keadaan anaknya. Tangis Ismail semakin kencang. "Pasti engkau tambah haus" kata Hajar dalam hati. Dia pun pergi lagi ke bukit Shafa, untuk melihat barang kali ada orang lewat yang bisa menolongnya. Ketika tidak menemukan apapun di sana, Hajar pun pindah ke bukit Marwa. Dia terus mondar-mandir antra bukit Shafa dan Marwa hingga tujuh kali. Dalam setiap langkahnya, Hajar terus berdoa kepada Alloh. 

Alloh tidak pernah meninggalkan hambanya yang beriman dan berusaha dengan baik. Lewat Nabi Ismail Alloh menurunkan mukjizatnya. Nabi Ismail menangis sambil menghentakkan kakinya ke tanah. Dan dari jejak hentakan itu, muncullah mata air yang sangat banyak. Air itu terus mengalir keluar, merembes ke segala arah. Air yang begitu jernih dan segar.

"Zam! Zam! Zam!" teriak Hajar ketika melihat aliran air tersebut yang artinya adalah berkumpul. Hajar meangkupkan kedua tangannya dan mengambil air itu. Kemudian memberikannya kepada Ismail. Setelah itu, dia sendiri pun minum hingga kenyang. Mata air itu terus menerus mengalir tanpa henti. Dari tahun ke tahun dan dalam cuaca yang sangat panas sekalipun, air itu tidak pernah berkurang. 

Cobaan untuk Hajar seolah datang silih berganti. Suatu hari, semua bahan makanan telah habis dan Ismail kecil sudah kelaparan. Untuk menunda rasa lapar itu, Hajar merebus batu-batu dan berkata "Tunggulah sebentar, makanan ini belum matang." Hari terus berganti, dan Hajar tetap menjalani hidupnya dengan ikhlas. Dia tekun dan rajin bekerja. Dia tidak pernah mengeluh sekalipun. 

Mekkah yang dulunya tandus dan tidak dihuni oleh manusia. kini berangsur-angsur mulai ramai. Mata air itu telah menarik para musafir dan pedagang. Mereka menyebut mata air itu dengan nama ZamZam. Dari merekalah, Hajar bisa mendapatkan bahan makanan. 

Suatu ketika, Nabi Ibrahim datang berkunjung ke Mekkah. Dia begitu terkejut ketika melihat daerah itu telah menghijau dan rama dikunjungi orang-orang. Nabi Ibrahim merasa terharu dan bangga melihat putranya. Ismail kecil telah tumbuh menjadi anak yang cerdas, baik dan sopan. Dia juga tekun beribadah, sesuai dengan ajaran ibunya. Nabi Ibrahim bersyukur kepada Alloh atas semua perlindungannya. 

Suatu hari, Nabi Ibrahim mendapat mimpi yang sangat mengguncang hatinya. Dalam mimpi itu, Alloh memerintahkan untuk mengorbankan putranya sendiri. Menjadikan Nabi Ismail sebagai persembahan untuk Alloh. Mimpi itu membuat Nabi Ibrahim merasa gelisah. Saat itulah, Iblis mencoba untuk menggoda Nabi Ibrahim dan menggoyahkan hatinya. Bagaimana bisa dia menyembelih putra yang begitu disayangi?

Nabi Ismail melihat kegelisahan yang dirasakan oleh ayahnya. Diapun bertanya, hal apa yang membuat ayahnya tersebut gelisah. Nabi Ibrahim kemudian bercerita, "Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat di dalam mimpi, aku menyembelihmu," Kata Nabi Ibrahim. Kemudian dia bertanya, bagaimana pendapatmu? Wahai ayahku, kerjakanlah yang diperintahkan Tuhanmu.

Sungguh diluar dugaan, Nabi Ismail yang kali itu masih berusia remaja, memiliki iman dan pendirian yang teguh. Dia menguatkan hati ayahnya dan menyakinkannya bahwa inilahh perintah Alloh dan harus dilaksanakan. "Insya Alloh engkau akan mendapatiku sebagai orang-orang yang sabar, Ayah." kata Nabi Ismail lagi. Mendengar ucapan ananknya ini, Nabi Ibrahim pun merasa yakin. 

Sebelum hari pelaksanaan, Nabi Isamil memiliki tiga permintaan yaitu :
  1. Mengencangkan tali yang mengikatnya. Agar saat disembelih, dia tidak meronta dan membuat ayahnya iba.
  2. Mengasah pisau dengan tajam, suapaya proses berjalan dengan cepat dan mengurangi rasa sakit. 
  3. Menitipkan baju yang dipakainya untuk sang ibu. 

Setelah itu, Nabi Ismail pun diikat dan bersiap untuk disembelih. Nabi Ismail berbaring tertelungkup di tanah. Kemudian, Nabi Ibrahim mengangkat pisaunya dan bersiap untuk melaksanakan perintah Alloh. Tidak ada keraguan sedikitpun di hati keduannya. Saat itulah, Alloh berfirman untuk mengganti Nabi Ismail dengan seekor domba. Subhanallah! Peristiwa inilah yang menjadi awal mula ibadah qurban. Hari dimana umat manusia mempersembahkan hewan terbaik. 

Inilah kisah Nabi Ibrahim yang begitu taat menjalankan perintah Alloh dan putranya Nabi Ismail yang begitu tegar dan ikhlas. Setelah peristiwa itu, Nabi Ismail semakin tekun dalam beribadah. Dia belajar dengan sungguh-sungguh dan selalu mengamalkan semua yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim. Kelak, dia akan diangkar menjadi Nabi utusan Alloh. 
Tags