Bagian Pertama
Salman Al Farisi adalah seorang pemuda yang sangat cerdas. Dia berasal dari Desa Jayyun di Kota Isfahan, Persia. Ayahnya seorang kepada desa sekaligus seorang imam. Sejak kecil Salman tertarik dengan siasat dan strategi perang.
Salman termasuk anak yang taat dan patuh kepada orang tua serta agama yang dianutnya. Saat itu, Salma dan semua orang di desa menganut ajaran Majusi. Agama yang menyembah kepada api.
Sering kali sang ayah menugaskan Salman untuk menjaga api agar tidak padam. Jika api itu padam, murka Tuhan akan datang. Sebenarnya, sejak masih muda Salman sudah merasa ragu pada ajaran agamanya itu. "Apakah benar Tuhan hadir dalam api yang aku jaga ini?" kata Salman.
Suatu ketika, sang ayah mengutus Salman untuk mengantarkan sebuah barang. Salman pun melakukan perjalanan yang cukup jauh. Ketika dia berhenti untuk beristirahat, dia melihat orang-orang nasrani yang sedang beribadah.
"Mereka pasti orang Nasrani. Sungguh indah sekali tempat ibadah mereka" kata Salman. Suara imam terdengar dari dalam gereja. Hal ini membuat Salman tertarik. "Apa yang disampaikan oleh Pendeta itu sangat masuk akal, sungguh menggetarkan hatiku," gumam Salman lagi.
Setelah menuntaskan perintah dari sang ayah, Salman pun memutuskan untuk mempelajari agama Nasrani, "Pendeta, aku ingin belajar darimu." kata Salman. Hari-hari yang dilalui Salman terasa begitu damai. Dia merasa telah menemukan agama yang tepat.
Tapi, lagi-lagi hati Salman terusik. Pendeta yang selama ini mengajarkan untuk hidup sederhana, saling membantu dan saling mengasihi ternyata penuh dengan kebohongan. Dia suka hidup mewah dan makan enak menggunakan uang sumbangan untuk orang miskin.
Salman pun memutuskan untuk mencari agama yang benar menurutnya. Dari satu pendeta ke pendeta lainnya. Pencariannya selalu gagal ketika dia mengetahui bahwa apa yang diucapkan oleh pendeta itu tidak sesuai dengan apa yang dilakukannya.
Hingga suatu hari, Salman mendengar kabar bahwa di tanah Arab ada seorang yang mengaku sebagai nabi dan menyebarkan agama Islam. Ajaran ini begitu berbeda sehingga mendapatkan pertentangan dari banyak pihak. Salman pun memutuskan untuk membuktikan kebenaran itu.
"Saudaraku, tolong bawa aku hingga ke Mekkah. Sebagai gantinya, aku akan memberikan kambing-kambing ini untukmu," pinta Salman kepada kelompok pedagang.
Selama berhari-hari, Salman penumpang pada kereta milik para pedagang. Perjalanan itu sungguh berat. "Saudaraku, apakah perjalanan kita masih jauh?" tanya Salman. Tapi, para pedagang itu tidak memberikan jawaban yang pasti. Mereka hanya meminta Salman untuk bersabar.
Akhirnya, mereka singgah di sebuah kota yang sangat ramai. "Woa, kota ini sungguh indah. Bangunan disini terlihat berbeda." gumam Salman sambil mengamati seluruh penjuru kota.
Tiba-tiba, salah satu pedagan itu memanggil Salman dan mengajaknya ke sebuah rumah yang sangat besar. "Mulai sekarang kamu tinggal di sini, dan beliau adalah majikanmu yang baru," kata si pedagang.
Setelah pedagang itu menghilang, Salman baru tersadar kalau dirinya telah dijual sebagai budak kepada keluarga yahudi. "Ternyata perjalananku untuk menemukan agama yang benar sungguh sulit." gumam Salman.
Takdir Salman terus bergerak. Suatu ketika, sepupu majikannya datang dan membeli Salman. "Pemuda itu terlihat pandai dalam bekerja. Berapa harganya? Aku akan membawanya ke Madinah." Maka Salman pun pindah ke Kota Madinah.
Pada suatu siang, Salman mendengar majikannya sedang berbincang-bincang. Sungguh memalukan orang-orang dari Bani Qilah. Mereka tunduk dan patuh pada orang yang datang dari Mekkah. Orang ini mengaku sebagai nabi! Orang itu pasti penipu!
Salman yakin bahwa orang dimaksud oleh majikannya adalah Nabi yang selama ini dicarinya. Maka, Salman pun bergegas pergi ke Quba untuk bertemu dengan sang Nabi.
Dalam petemuan pertama, Salman memberikan makanan yang dimilikinya sebagai sedekah. Dia akan sangat senang jika nabi bersedia menerimannya. Nabi memang menerima makanan itu dan meminta para sahabat untuk makan. Sedangkan beliau sendiri tidak makan.
Pada pertemuan kedua, Salman memberikan makanan sebagai hadiah. "Wahai Nabi, makanan ini adalah hadiah. Semoga engkau bersedia menerimanya," kata Salman. Nabi pun menerima makanan itu, memakannya sedikit dan membagikan sisanya untuk para sahabat.
Pada pertemuan ketiga, Salman menyapa dengan "Assalamualaikum". Ketika Nabi berbalik, Salman melihat tanda kenabian yang ada di bahu. Salman tertunduk dan menangis. Sejak saat itu, Salman menjadi yakin jika orang ini adalah nabi yang dicarinya.
"Beliau tidak memakan makanan sedekah dan hanya memakan makanan yang dihadiahkan. Beliau juga memiliki tanda kenabiaan itu" gumam Salman. Selanjutnya, Salman pun memutuskan untuk masuk Islam. Karena pribadinya yang menarik, Salman pun menjadi dekat dengan Rasulullah.
Rasulullah sangat menyukai kisah Salman. Beliau bahkan meminta Salman untuk menceritakan seluruh kisah hidupnya kepada para sahabat. Kisahnya dalam mencari agama yang benar, perlahan-lahan menjadi kisah yang mempengaruhi banyak orang meskipun saat itu, statusnya masih sebagai budak.
Bagian Kedua
Hampir lima tahun Rasul tinggal di Kota Madinah setelah peristiwa hijrah besar yang dilakukan. Setiap kali ada kesempatan Salman selalu menemui Rasulullah. Dia sangata bersemangat untuk belajar. Dia mengamalkan ajaran Islam meskipun majikannya melarang.
Seringkali Salman mendapatkan hukuman jika dia ketahuan sedang beribadah maupun sembunyi-sembunyi menemui Rasulullah dan para sahabat. Namun, Salman tidak pernah goyah. Aku yakin jika Rasulullah adalah benar utusan Alloh, siksaan ini tidak bisa menggoyahkanku.
Dua kali pasukan muslimin mengalami pertempuran sejak mereka tinggal di Madinah. Orang-orang Quraisy, orang Yahudi dan kelompok-kelompok pembenci nabi menyerang satu persatu. Dalam kedua perang itu, Salman tidak bisa ikut karena dirinya seorang budak.
Suatu hari, Rasul meminta Salman untuk membuat perjanjian dengan majikannya. Sebagai ganti kemerdekaan, Salman akan menyerahkan 40 uqiyah emas dan 300 pohon kurma. "Hahaha! jika engkau benar-benar bisa memberikanku semua itu, maka aku akan memberikan kemerdekaan kepadamu." kata majikannya.
Rasulullah meminta Salman untuk menggali 300 lubang ditanah dan meminta para sahabat untuk membantu Salman mengumpulkan 300 pohon kurma. Setelah itu, Rasul sendiri yang menanam pohon kurma itu untuk Salman. Tidak hanya itu, Rasulullah pun memberikan emas sebesar telur ayam seberat 40 uqiyah kepada Salman untuk menebus kemerdekaannya. Emas dan kurma telah lengkap, Maka Salman pun terbebas dari budak dan menjadi manusia yang merdeka.
Salman menjadi salah satu sahabat Rasulullah yang berjuang dalam menyebarkan agama Islam. Dia berperan sebagai teman dan pembimbing bagi orang-orang yang baru saja memeluk Islam. Salman juga membantu mereka dalam hal ekonomi ataupun hubungan sosial. Hal ini membuat Salman semakin dikenal dan disegani.
Suatu hari, ada kabar mengejutkan dari para prajurit yang mengintai di perbatasan. Mereka melihat rombongan pasukan besar sedang menuju ke Madinah. "Ya Rasul, jumlah mereka sangat banyak. Sebentar lagi mereka akan tiba diperbatasan. Apa yang harus kami lakukan".
Kala itu, pasukan Abu Sofyan dan Uyainah bin Hishn bersatu untuk mengepung Madinah. Mereka adalah Bani Quraisy dan Yahudi yang sangat membenci Islam. "Saatnya kita hancurkan semua umat Islam. Mereka hanyalah penipu, pembohong dan pendusta!" teriakan itu disambut oleh teriakan lainnya hingga menggema.
Para sahabat kebingungan, perang sebentar lagi pasti akan pecah. Sedangkan mereka belum menyiapkan apapun. "Bagaimana ini? Jangankan persiapan perang, pasukan saja kita tidak punya," gumam salah satu prajurit. "Jumlah mereka sekitar 24.000 pasukan, sedangkan kita hanya 500 pasukan."
Sebagai komandan tertinggi, Rasulullah tetap memerintahkan pasukannya untuk bersiap. Jika Alloh menghendaki, maka tidak ada yang mustahil. Begitu pula peperangan ini. Meskipun jumlah mereka sedikit, pasti Alloh akan membantu. Maka, semua pasukapun bersiap.
Tidak hanya itu, para pun ikut bersiap. Mereka mengumpulkan bahan makanan, obat-obatan hingga perlengkapan memasak serta kesehatan. "Persiapan sebaik-baiknya. Kita tidak boleh menyerah kepada kaum kafir itu."
Sementara para prajurit sedang menyiapkan senjata-senjata baru, Salman sibuk berkeliling ke perbatasan Madinah. Dia pergi ke satu-satunya pintu masuk ke Kota Mekkah. Mereka pasti akan masuk lewat sini. Aku yakin sekali. Maka, ideku pasti bisa digunakan!.
Malam hari, Rasulullah memanggil para sahabat untuk bermusyawarah. Rasul bertanya, apakah ada yang memiliki ide dan strategi untuk menghadapi pasukan Quraisy dan yahudi itu? Saat itulah, Salman mengemukakan idenya yaitu menggali parit. "Apa? menggali parit? Apa maksudmu wahai Salman?" tanya salah satu sahabat.
Salman pun menjelaskan maksud dari strateginya. Madinah dikelilingi oleh gunung-gunung tinggi. Gunung ini dipenuhi pohon kecil. Selain itu disisi lain ditumbuhi banyak sekali pohon-pohon kurma. Semua itu menyulitkan para unta dan pejalan kaki untuk melewatinya. Hanya ada satu jalan masuk, yaitu bagian utara. "Disitulah kita akan menggali parit". seru Salman. "Kita harus menghalangi satu-satunya pintu masuk. Dan cara paling mungkin untuk ktia lakukan adalah menggali lubang. Ini pasti akan menghambat pasukan musuh. Saat itulah, kita bisa menyiapkan serangan lainnya." ucap Salman lagi.
"Benar juga, pasukan berkuda pasti tidak akan bisa terus maju jika ada parit didepannya," kata salah satu sahabat. "Benar, sepertinya strategi ini bisa diterapkan. Selain menghambat musuh, strategi ini juga bisa menyelamatkan banyak prajurit kita," sahut sahabat lainnya.
Salah satu sahabat bertanya, "Bagaimana sengkau bisa memikirkan strategi in, wahai Salman? Dari manakah engkau belajar? Engaku sungguh cerdas sekali!". Salman pun menjawab, "Strategi ini banyak digunakan di Persia. Bahkan hingga aku pergi dari sana pun masih digunakan. Cara ini sangat ampuh menghambat pasukan musuh. Mereka pasti menunggang banyak sekali kuda dan unta. Dan keduanya tidak akan bisa menyeberangi parit".
Hari berikutnya, Rasulullah memimpin penggalian parit itu. Strategi ini terlihat sempurna di mata para sahabat. Namun, menimbulkan keresahan di kalangan prajurit. Apakah mungkin menggali di tanah yang begitu keras serta penuh dengan batu-batu besar? Bahkan, banyak diantara mereka yang mulai putus asa.
Bagian Ketiga
Alloh sungguh Maha Melihat dan Mengetahui. Di tengah keresahan itu, Alloh menunjukan banyak mukzijat yang menunjukan tentang kebenaran Rasulullah. Bahwa beliau memang rasul utusan Alloh. Pekerjaan yang tadinya begitu berat dan mustahil, perlahan-lahan bisa dikerjakan dengan mudah.
Ketika para prajurit menemui tanah yang sangat keras, mereka menyampaikan kepada Rasulullah. Setelah itu, Rasul meminta disediakan satu wadah air. Sebelum menuangkan air itu ke tanah yang keras, Rasul berdoa kepada Alloh. Kemudaian Rasul meminta salah satu prajurit untuk menggali.
Subhanallah tanah ini berubah menjadi lembek! Teriakan itu membuat para prajurit lainnya merasa penasaran. Mereka pun mulai menggali lagi satu persatu. Dan ketika merasakan tanah yang begitu empuk, wajah mereka berubah menjadi gembira.
Di lain waktu, Salman menemukan sebuah batu besar. Batu itu tidak mungkin dicongkel dipindahkan ataupun diangkat. Batu itu juga tidak mungkin dihancurkan. Butuh waktu yang sangat lama jika ingin menghancurkan batu itu. Maka, Salman pun menghadap kepada Rasulullah.
Rasul pergi ke tempat dimana batu itu berada. Kemudian beliau mengambil sebuah kampak dan menghantamkannya sebanyak 3 kali ke batu itu. Setiap kali hantaman, selalu muncul cahaya terang yang menyilaukan mata dari bawah kampak. Rasul bersabda, bahwa cahaya itu merupakan bukti perlindungan dan pertolongan Alloh. Bahwa kelak, Alloh akan menyertai kaum muslimin untuk menaklukan Yaman, Syam dan negeri-negeri timur. Itulah yang diucapkan oleh Rasulullah.
Kaum muslimin terus menerus menggali selama hampir 9 hari. Dan mereka berhasil menggali sebuah parit yang panjangnya kurang lebih 5 km, lebar 4,6 m dan dalamnya 3,2 m.
Rasulullah SAW memilih Gunung Silun sebagai markas. Dengan gunung dan parit yang membatasi, tentara musuh tidak akan bisa mencapai tempat mereka dengan mudah. Ketika pasukan musuh mendekati Kota Madinah, mereka disambut dengan jurang buatan yang sangat dalam. "Apa ini? Bagaimana bisa mereka membuat lubang seperti ini!" teriak salah satu komandan musuh. "Berhenti semuanya! Kuda dan untuk tidak bisa terus maju! teriakan pasukan Quraisy.
Setelahnya, pasukan musuh tertahan di padang seberang parit hampir satu bulan lamanya. Mereka terus menerus mencari jalan untuk bisa melewati parit itu. Mereka membuat tangga dari tali. Tapi, setiap kali mereka berhasil, pasukan muslimin terus menerus menghancurkannya dengan panah api.
Ada satu prajurit musuh yang begitu hebat. Dia adalah Amr bin Abdu Wadd Al Amiri. Namun, begitu berhasil menyebrang dia langsung disambut oleh Ali bin Abi Thalib. Salah Satu sahabat nabi yang paling hebat. Pertarungan antara keduanya pun terjadi dan Ali bin Abi Thalib berhasil menang.
Tertahan begitu lama di padang pasir yang panas dan tidak bisa menyerang sama sekali membuat pasukan musuh mulai melemah. Mereka yang terdiri dari banyak sekali kelompok mulai saling menyalahkan. Ada juga diantara mereka yang mulai menyadari kehebatan Rasulullah. Diam-diam, Nuaim bin Msud dari Bani Ghathafan menemui Rasul dan menyatakan diri masuk Islam. Lewat bantuan Nuaim pasukan kaum muslimin berhasil memecah belah kekuatan musuh. Nuami secara sembunyi-sembunyi mulai mengendurkan semangat para prajurit dan menghasut mereka untuk menyerah. Apa yang akan kita dapatkan? Kita hanya kelompok kecil yang dimanfaatkan oleh Bani Quraisy beserta orang-orang Yahudi. Sebaiknya kita menyerah saja, demi nyawa kita!.
Satu persatu kelompok mulai meninggalkan medan perang. Meskipun demikian, jumlah mereka masih sangat banyak. Saat itu Alloh menurunkan pertolongan untuk kaum muslimin. Badai pasir yang sangat kencang datang menerjang perkemahan musuh membuatnya porak poranda.
Semua pasukan musuh pun menyerah dan meniggalkan medan perang. Peperangan besar ini pun dimenangkan oleh kaum muslimin. Peristiwa ini dikenal sebagai Perang Khandaq. Dalam peristiwa inilah, Salman membuktikan diri sebagai ahli siasat dan strategi perang yang hebat.