Kalian masih ingat bukan, siapa Nuaiman itu? Dia adalah sahabat Rasul yang lucu dan jahil. Tingkahnya selalu saja bisa membuat Rasulullah tersenyum. Saat tidak ada kegiiatan, Nuaiman kadang menghabiskan waktunya di kedai minum. Tidak ada pekerjaan yang bisa kulakukan. Sungguh waktuku terbuang percuma.
Harapan Nuaiman terkabul. Hari berikutnya, Abu Bakar Ash Shiddiq datang dan mengajak Nuaiman untuk ikut berdagang dengannya. "Terima kasih ya Abu Bakar. Tentu saja aku mau ikut denganmu," pekik Nuaiman girang. "Dengan siapa lagi kita berangkat?" tanya Nuaiman. "Aku juga mengajak Suwibith bin Harmalah" jawab Abu Bakar.
Setelah persiapan selesai, rombongan Abu Bakar pun berangkat. Mereka bertiga menuju ke Syam. Sebuah negara yang sangat ramai dan tergolong maju. Mereka membawa barang dagangan banyak sekali. "Ya Alloh, semoga kami memperoleh hasil yang melimpah," doa Nuaiman. Abu Bakar tersenyum mendengar doa sahabatnya itu.
Matahari semakin terik. Abu Bakar memutuskan untuk istirahat sejenak. Ketika itu, beliau ada sedikit urusan yang membuatnya harus meninggalkan rombongan. Suwaibith, engkau aku amanahkan untuk menjaga perbekalan makanan. Jangan sampai berkurang sebelum aku kembali. "Baik, ya Abu Bakar," jawab Suwaibith.
Abu Bakar pun pergi meninggalkan Suwaibith dan Nuaiman. Beberapa waktu kemudian, Nuaiman merasa perutnya mulai kelaparan. "Kapan Abu Bakar akan kembali?" tanya Nuaiman. "Aku tidak tahu," jawab Suwaibith sambil menggelengkan kepalanya. Ugh, perutku sudah sangat lapar.
Nuaiman bangkit dari duduknya. Dia tidak bisa lagi menahan diri, "Suwaibith, tolong beri aku makanan," pinta Nuaiman. Tidak bisa, aku menerima amanah dari Abu Bakar langsung. Aku tidak bisa melanggarnya. Satu potong roti saja. Namun, Suwaibith tetap pada pendiriannya. Dan tidak memberikan makanan sedikitpun pada Nuaiman. "Baiklah, Jika aku berbuat ulah, maka itu semua adalah salahmu." kata Nuaiman sambil pergi. Suwaibith memandang punggung sahabatnya itu dengan heran. "Mau kemana dia?" tanya Suwaibith dalam hati.
Nuaiman berjalan menuju ke pasar. "Bagaimanapun juga aku harus bisa mendapatkan makanan," kata Nuaiman. "Tapi, aku tidak memiliki uang. Apa yang harus aku lakukan?" Salam beberapa saat, Nuaiman hanya berdiam diri. Dia duduk di pojokan sambil mengamati orang berlalu lalang. Saat itulah, dia melihat para pedagang budak.
Nuaiman berjalan mendekati para penjual budak itu. Dia kemudian berkata, "Wahai Fulan, apakah kau bersedia membeli budak milikku?" Salah satu penjual budak itu menjawab, "Seperti apa budakmu itu? Dan engkau jual beberapa?" Dia sangat rajin, dapat bekerja dengan baik. Aku akan menjualnya dengan harga murah!.
Mendengar harga yang ditawarkan oleh Nuaiman, para penjual budak itu merasa tertarik. "Mengapa engkau menjualnya sangat murah?" "Itu karena aku tidak suka pada sifatnya. Dia selalu berkata bahwa dia adalah orang yang merdeka. Hal itu merepotkanku," jawab Nuaiman. Jika bisa, aku ingin menukarnya saja dengan makanan yang lebih bermanfaat.
Nuaiman mengantarkan penjual budak itu ke tempat dimana Suwaibith berada. "Engkau melihat orang yang sedang menjaga barang disana? Dialah budak milikku," kata Nuaiman. Setelah menerima uang bayaran, Nuaiman pun segera pergi. Jika Suwaibith melihat dirinya, semua rencananya akan gagal.
Penjual budak itu menghampiri Suwaibith dan berkata "Tuan mu telah menjual dirimu kepadaku. Sekarang kamu adalah budak milikku" Suwaibith terkejut. "Tunggu dulu. Aku bukan budak!" teriaknya sambil melawan. "Kamu boleh bicara semaumu," kata penjual budak itu sambil terus menyeret Suwaibith.
Sementara itu, Nuaiman berhasil membeli beberapa potong roti menggunakan uang hasil penjualan sahabatnya tadi. "Syukurlah perutku sudah terisi lagi". Nuaiman menyandarkan punggungnya dan sedikit memejamkan mata. Rasa kantuk tiba-tiba saja menyerang. Namun, dia tidak berani untuk tidur. "Aku bisa celaka jika barang dagangan ini dicuri!"
Beberapa waktu kemudian, Abu Bakar kembali dari urusannya. Beliau merasa heran ketika tidak bisa menemukan Suwaibith. Maka, beliau pun bertanya kepada Nuaiman. "Aku telah menjualnya, Ya Abu Bakar," jawab Nuaiman. "Bagaimana kau bisa menjual Suwaibith?" tanya Abu Bakar dengan heran. Apa lagi yang engkau lakukan?
Nuaiman menceritakan semua yang terjadi kepada Abu Bakar dengan jujur. Selesai bercerita, Nuaiman pun memnita maaf. "Maafkan aku, Tapi memang begitulah kejadiannya." Abu Bakar menghela nafas. Sungguh ada-ada saja ulah Nuaiman ini. Abu Bakar pun menebus Suwaibith kembali dari para penjual budak. Berkat Abu Bakar Suwaibith kembali menjadi orang yang merdeka.
Setelah mereka kembali dari berdagang, cerita tentang Nuaiman yang menjual Suwaibith ini langsung tersebar. Cerita ini pun terdengar oleh Rasulullah. Saat mendengarnya, Rasulullah tertawa lepas hingga terlihat gigi gerahamnya. Diriwayatkan dari berbagai hadis, Rasulullah sering menceritakan kisah lucu ini kepada para tamu yang datang. Luar biasa!