Sekardadu.
Maulana ishaq adalah seorang mubaligh Islam deri Asia Tengah, sedangkan ibunya
merupakan puteri Prabu Menak Sembuyu yang menjadi penguasa wilayah Blambangan
pada masa akhir Majapahit.
MeÅŸki
masa kecilnya bisa dikalakan tidak sepeli anak kebanyakan, Sunan Giri berhasil
mempelajari Islam dan bisa berdakwah hingga ke seluruh pelosok Indonesia. Jika
melihat deri silsilahnya, Sunan Giri merupakan keturunan raja dari pihak Ibu. Kisah
hidupnya ini tidak terlalu mulus karena dirinya pernah diasingkan alias
dibuang.
Pernikahan
antara ayah dan ibunya ini tidak disukai banyak pihak, terutama para patih yang
ingin menyunting ibu deri Sunan Giri. Hal ini mengakibatkan pada saat beliau
lahir, para patih memasukkan bayi tersebut ke dalam peti dan menghanyutkannya
di laut. Ada juga versi lainnya yang menceritakan kalau Maulana ishaq yang
merupakan ayah Sunan Giri mengajak mertuanya untuk masuk İslam.
Namun,
berhubung Prabu Menak Sembuyu tetap bersikukuh pada kepercayaannya sendiri, hal
tersebut membualnya matah dan mengusir Maulana ishaq dari kerajaan. Tepat di
saat itu, Dewi Sekardadu sedang hamil tua dan pada akhirnya ia meninggal saat
melahırkan Sunan Bayi tersebut pun dihanyutkan oleh para patih kerajaan. Masih
ada lagi versi lain dari cerita dibuangnya bayi Sunan Giri. Ada yang mengatakan
kalau tepat pada saat Sunan Giri lahir, terjadi wabah beÅŸar di Blambangan. Hal
tersebut dipercaya ada kaitannya dengan kelahiran bayi Sunan Giri.
Untuk
mencegah wabah menyebar, maka bayi tersebut dimasukkan dalam peti dan
dihanyutkan ke laut. Sunan Giri sebenarnya memiliki banyak nama, akan tetapİ
nama aslinya adalah Raden paku. Nama ini adalah nama yang diberikan oleh kedua
orangtuanya. Sunan Giri awalnya tidak mengelahui kalau nama aslinya adalah
Raden paku. Beliau yang pada masa bayinya telah dibuang ke lautan, kemudian
ditemukan oleh awak kapal bernaa Sobir dan Sabar dan dibawa ke Gresik.
Di
Gresik, beliau diadopsi oleh saudagar perempuan pemilik kapal yakni Nyai Gede
Pinatih. Nyai Gede Pinatih memberi nama Sunan Giri dengan nama Joko Samudro
karena ditemukan di lautan lepas atau samudra. Saat sudah dewasa, Joko Samudro
dibawa ke Ampeldenta untuk belajar agama kepada Sunan Ampel.
Setelah
mengajarkan selama beberapa tahun, Sunan Ampel akhirnya mengetahui kalau Joko
Samudro adalah anak dari Maulana Ishaq. Barulah setelah bertemu dengen ayah
kandungnya, Sunan Giri tahu bagaimana silsilah keluarganya dan alas an mengapa
pada masih bayi ia dibuang ke laut. Selain nama-nama tersebut, Sunan Giri juga
dikenal dengan nama Raden Ainul Yaqin atau Muhammad Ainul Yaqin. Nama ini
diberikan sendiri oleh Sunan Ampel.
Penamaan
Sunan Giri sendiri dikarenakan beliau telah mendirikan sebuah pesantren di daerah
perbukitan yang ada di Sidomukti, Kebomas. Pesantren tersebut dinamakan dengan
pesantren Giri. Nama giri dalam bahasa Jawa memiliki artian sebagai gunung. Dari
sini, Joko Samudro lebih dikenal dengen nama sebutan Sunan Gıri. Pesantren yang
didirikan oleh Sunan Giri ini tidak hanya terkenal di Pulau Jawa saja, tetapi
juga di luar pulau sehingga ada banyak muridnya yang berasal dari luar Jawa.
Sunan
giri dikenal sebagai pendakwah yang berdakwah melaluİ permaİnan anak-anak. Beliau
menciptakan permainan seperti jelungan. jamuran, gendir gerit, dan
cublak-cublak suweng. Permainan anak-anak ini menjadi sangat popüler sebagai
permainan tradisional dari Jawa dan keberadaannya hingga sekarang masih bisa
dimainkan.
Jika
diperhatikan lebih dalam, semua permainan anak-anak yang dibual oleh Sunan Giri
şelalu ada nyanyıannya. Dengan menambahkan nyanyian pada permainan anak-anak,
maka permainan tersebut akan terasa lebih menyenangkan. Salah şalu permaİnan
anak yang ada nyanyiannya adalah cublek-cublek suweng. Di dalamnya, terdapat
lirik yang mengandung makna janganlah menuruti hawa nafsu karena semuanya nanti
akan kembali lagi ke hati nurani yang bersih.
Dengan
hati nurani yang bersih, maka kita bisa menemukan kebahagiaan dan tidak
tersesat hingga lupa akan akhirat. Selain melalui permainan anak-anak, Sunan
Giri juga berdakwah dengan seni. Seni yang digunakan dalam berdakwah adalah
wayang hingga tembang-tembang Jawa.
Jadi
ketika memainkan wayang, Sunan Giri akan menyisipkan ajaran-ajaran Islam di
dalamnya sehingga masyarakat setempat bisa belajar agama Islam dengan cara yang
lebih menyenangkan. Sunan Giri menciptakan gending atau lagu instrumental Jawa
seperti Asmarandana dan Pucung. Pendekatan lewat jalur seni ini sangat berguna
şehingga di masa İtü banyak maşyarakat Jawa yang mulaj memeluk agama Islam.
Kepopuleran
pesantren Giri yang dijalankan oleh Sunan Giri ini semakin beÅŸar hingga
pengaruhnya menjadi ÅŸebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Giri Kedaton. Kerajaan
ini didirikan di Gresik pada tahun 1487. Sunan Giri yang memimpin kerajaan
tersebut kemudian memiliki gelar sebagai prabu Satmata. Kelihaian Sunan Giri
dalam berdiplomasi menjadikan kerajaan Giri berjaya selama beberapa generasi
hingga akhirnya ditaklukkan oleh Sultan Agung dari Kerajaan Mataram pada abad
ke-16.
Kisah
Sunan Giri Muda, Menikah 2 Kali Åžehari karene Buah Delima Raden Paku atau nama
muda Sunan Giri mungkin salah şalu orang istimewa, paşalnya şelaİn memiliki
sejumlah karomah saat menyebarkan agama İslam. Kisah asmaranya hingga akhirnya
menikah pun tergolong istimewa. Pasalnya Sunan Giri sempat menikah dua kali
dalam sehari. Kanon saat itü Raden Paku awalnya resmi bertunangan dengan putri
Sunan Ampel bernama Dewi Murtasiah. Bahkan sebagaimana dikisahkan pada buku Sunan
Giri tulisan Umar Hasyim hari perkawinan atau hari ijab qabul pun telah
ditentukan.
Namun
sebelum pernikahan Sunan Giri dengan Dewi Murtasiah ada kejadian tak terduga.
Saat itu seorang bangsawan dari Majapahit, bernama Ki Ageng Bungkul, yang
bertempat tinggal di Surabaya mempunyai nazar, atau katakanlah sebagai
pengumuman sayembara.
Di
mana pada sayembara itu dikatakan siapa yang mengambil buah delima yang
bergantung di atas pohon, maka dialah yang akan menjadi menantunya, atau akan
dijodohkan dengan anak perempuannya yang sangat cantik bernama Dewi Wardah. Mengenai
alasan buah delima dijadikan sayembara pernikahan disebut karena di dalam
pekarangan rumah Ki Ageng Bungkul telah banyak memakan korban. Pohon delima itu
konon sering kali membuat orang jatuh dan celaka saat mengambil buah delima itu.
Bahkan
tak sedikit para orang yang mengambil buah itu jatuh hingga akhirnya meninggal
dunia. Namun tidak diketahui pohon delima apakah itu dan mengapa sampai segawat
itu sehingga memakan korban. Saat itu ia Raden Paku sengaja lewat di bawah
pohon delima yang gawat itu. Tapi tiba-tiba kepala Raden Paku kejatuhan buah
delima yang masak dari pohon yang terkenal keangkerannya.
Peristiwa
itu kemudian dia ceritakan kepada gurunya Sunan Ampel, sambil memperlihatkan
buah delima yang menjatuhi kepalanya tadi. Sunan Ampel yang mendengar sayembara
tadi lantas berkala beberapa patah kata kepada sanlrınya yang juga bakal jadi
calon menantunya. Sunan Ampel menyebut sudah menjadi takdir deri Allah bahwa
Sunan Giri atau Raden Paku akan diambil menantu oleh Ki Ageng Bungkul dan
dijodohkan dengan anak perempuannya, Dewi Wardah. Tetapi Sunan Giri muda masih
tak percaya, ÅŸebab dia akan menikah dengen Dewi Murtasiah putri dari Sunan
Ampel. MeÅŸki demikian, Sunan Ampel kembali meyakinkan santrinya agar menerima
takdir dari Allah tersebut.
"Tidak
mengapa Raden, nanti setelah engkau saya ijabkan dengen Dewi Murtasıah, hari
itü pula juga engkau diijabkan lagi dengan Dewi Murtasiah,• kata Sunan Ampel
kepada Sunan Giri untuk meyakinkan kembali. Cerita lain berkembang di mana saat
itü Ki Ageng Bungkul melemparkan buah delima yang telah masak itü ke tengah
Sungai Kali Mas. Kebetulan sungai itü mengalir membelah Kota Surabaya dan
setiap harinya menjadi salah satu sumber air santri di pondok pesantren Sunan Ampel
mengambil air wudhu dan mandi.
Suatu
ketika Raden Paku konon tengah mandi dan mengambil air wudhu di Kali Mas. Baru
saja Sunan Giri muda berendam menceburkan diri ke sungai, tersentuhlah buah
delima itu ke badannya. Kemudian buah delima itu diambilnya dan diserahkan ke
gurunya Sunan Ampel. Ki Ageng Bungkul kemudian menuruti aliran sungai dan
mencari siapa orang yang menemukan buah delimanya itu. Dia telah berjanji
barang siapa yang menemukan buah delimanya itu akan dijodohkan dengan putrinya
Dewi Wardah. Ternyata saat ditelusuri yang beruntung menemukan buah delima itu
adalah Raden Paku.
Pada
akhirnya Raden Paku akhirnya menikah dua kali, artinya sehari Sunan Ciri muda
mendapat istri dua sekaligus dalam waktu tak berselang lama. Sunan Giri atau
Raden Paku kemudian dinikahkan dengan Dewi Wardah setelah pada hari itu Pula
dengan putri Sunan Ampel bernama Dewi Murtasiah_ Menyaksikan peristiwa itu,
Nyai Gede Pinatih ibu angkat Raden Paku sangat gembira.