Sunan Bonang adalah salah satu Waliko Songo yang populer dengan cara berdakwahnya. Sunan Bonang lahir pada Lahun 1465 dan wafat di usianya 60 tahun atau tepatnya pada tahun 1525. Ayahnya juga merupakan salah ÅŸalu Wali Songo yakni Sunan Ampel. Sedangkan ibunya adalah puteri dari Arya Teja, Bupati Tuban yakni Nyai Ageng Manila. Sejak kecil, beliau sudah mendapatkan pendidikan nilai-nilai Ä°slam. Kecerdasan dan keuletannya dalam menuntut ilmu menjadikannya orang yang menguasai banyak hal. Mulai dari ilmu fiqih, ushuluddin, tasawuf, seni, sastra, arsitektur, hingga bela diri seperti pencak silat.
Tombo Ati iku limo
Kaping pisan moco Quran Ian
maknane
Kaping pindo sholat wengi
lakonono
Kaping telu wong kang soleh
kumpulono
Kaping papat wetengiro ingkang
Kaping limo zikir wengi
ingkang suwe
Salah sawijine sopo iso
ngelakoni
Mugi-mugi Gusti Allah
nyembadani
Selain gamelan bonang dan lagu Tombo ali, Sunan Bonang ternyata juga memiliki sebuah karya sastra yang berjudul Suluk Wujil. Karya sastra ini diakui sebagai salah satu karya sastra terbesar yang ada di Indonesia.
Hal ini dikarenakan dalam karya sastra ini terdapat banyak pesan tentang kehidupan antar manusia, kehidupan budaya yang ada di Jawa serta Indonesia, dan pastinya kehidupan beragama.
Suluk Wujil ini dibuat antara abad ke-15 hingga 16. Uniknya, karya sastra ini berupa tembang atau lirik lagu. Awalnya Suluk Wujil ini disimpan di Universitas Leiden, Belanda. Tapi setelah Indonesia merdeka, naskahnya dipindahkan ke Museum Nasional yang kini Bernama Perpustakaan Nasional Jakarta.
ltulah sejarah singkat mengenai Sunan Bonang yang berdakwah dengan gamelan. Semoga informasi di atas bisa menambah pengetahuan teman-teman tentang Wali Songo.
Kisah Sunan Bonang Membelah Diri, Perampok Sadis Takjub hingga Sujud Memeluk Islam Dikisahkan dalam buku berjudul ' Sunan Bonang Wali Keramat: Karomah, Kesaktian dan Ajaran-Ajaran Hidup Sang Waliullah" karya Asti Musman, Sunan Bonang yang memiliki nama asli Raden Makhdum Ibrahim suatu saat berhadapan dengan perampok yang terkenal sadis bernama Berandalan Lokajaya.
Lokajaya yang beraksi di hutan-hutan belantara selalu merampok dan membunuh orang yang melintas di hadapannya. Kebetulan saat itu yang melintas di hadapan Lokajaya adalah Sunan Bonang. Lokajaya yang tengah berada di hutan terkejut ada seseorang yang melintas dengan pakaian sangat gemerlap. Lokajaya mendekati orang tersebut yang ternyata adalah Sunan Bonang, ia merampok sang Waliullah ini. Sunan Bonang tentu sudah bisa membaca niat dari Lokajaya.
Dikisahkan kemudian Sunan Bonang mengeluarkan kesaktiannya. Dia menjelma menjadi empat bahkan lima orang dengan sosok yang sama. Sosok itu kemudian mengepung Lokajaya yang hendak berniat jahat. Mendapati lawannya membelah diri menjadi banyak sontak saja Lokajaya berlari. Lokajaya berlari begitu cepat untuk meloloskan diri. Tapi scjauh ia berlari, sosok Sunan Bonang ini justru mengepungnya. Lokajaya terus berlari dan berlari Iagi. Namun, Iagi-lagi ada sosok Sunan Bonang hingga empat sampai lima orang dengan rupa yang sama.
Usaha Lokajaya ini akhirnya pupus. Dia kelelahan dan mengalah ke Sunan Bonang. Bahkan Lokajaya terduduk lemas tak berdaya akibat terus dikejar Sunan Bonang. Sunan Bonang pun mendekati Lokajaya yang kelakulan dan lelah dibuat pasrah. Lokajaya kemudian meminta ampun dan bertekad bertobat Hamba berserah diri pada Paduka," demikian ucap Lokajaya.
"Kamu belul-beLul bertobat
padaku?” tanya Sunan Bonang.
"Ya Tuan, hamba memÄ°nta hidup, terserah Tuan hamba menurut,” kata Lokajaya.
Percakapan kedua orang ini akhirnya berujung pada permintaan Sunan Bonang untuk menunggu tongkat yang dibawanya. Lokajaya pun menyanggupinya, sedangkan Sunan Bonang pergi meninggalkan Lokajaya. Konon hingga setahun lamanya Sunan Bonang meninggalkan lokajaya yang masih terdiam menjaga tongkat Sunan Bonang.
Suatu ketika Sunan Bonang teringat bahwa tongkatnya tertinggal di hutan dan beliau datang untuk mengambilnya. Tapi beliau dibuat terkejut lantaran semuanya telah berubah. Pohon beringin telah tumbuh rindang dan banyak semak belukar. Akarnya bahkan melilit di tubuh Lokajaya yang tak beranjak menjaga tongkat Sunan Bonang. Sunan Bonang tak ingat tempat ia meninggalkan tongkatnya dan Lokajaya.
Selanjutnya Sunan Bonang pun menyalakan api dan hutan segera terbakar. Seluruh hulan terbakar, lapi Lokajaya lak juga bergerak hingga seluruh tubuhnya ikut terbakar. Lokajaya yang telah tidak makan dan tidur, coba didekati oleh Sunan Bonang.
Namun Lokajaya tidak mengetahui kedatangan Sunan Bonang, hingga akhirnya Sunan Bonang membuat nasi hangat, kemudian diberikan kepada Lokajaya. Sesaat setelah memakan nasi dari Sunan Bonang inilah Lokajaya akhirnya tersadarkan diri. Tetapi ia belum bisa berbuat apa-apa, Lokajaya pun diminta makan. Kesadaran Lokajaya perlahan-lahan mulai pulih, segeralah dia bersujud di kaki Sunan Bonang gurunya.